Jum'at, 22/11/2024 22:44 WIB

Syahganda Nainggolan: Muhaimin Tokoh Besar Bangsa Ini

Muhaimin di atas segala prasangka yang meremehkan. Muhaimin Iskandar Uber Alles.

Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin). Foto: dok. jurnas

JAKARTA, Jurnas.com  - Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau biasa di sapa Gus Muhaimin merupakan tokoh besar bangsa ini. Muhaimin lebih besar dari semua prediksi lembaga-lembaga survei dan lainnya.

“Keberhasilan Muhaimin Iskandar menghipnotis ratusan ribu massa rakyat di Malang, Jawa Tengah dengan isu perubahan, khususnya bidang pendidikan, menunjukkan Gus Muhaimin bukanlah tokoh biasa. Fenomena ini justru menunjukkan Muhaimin adalah tokoh besar bangsa ini yang sedang membimbing kita untuk perubahan (change!),” kata Syahganda Nainggolan di Jakarta, Minggu (8/10/2023).

Syahganda mengatakan, berita kompas.com Minggu (8/10/2023), berjudul "Di Depan Ratusan Ribu Pendukungnya di Malang, Muhaimin: Banyak Pendidikan Murah Tak Berkualitas" melaporkan ratusan ribu massa berkumpul di Malang untuk mendukung Muhaimin Iskandar, cawapres pasangan AMIN.

Berita ini menurutnya, sangat memukau sebab kehadiran Gus Muhaimin sendiri, tanpa Anies, di hadapan massa dan adanya pengakuan ibu-ibu yang diberitakan sudah sejak Subuh datang ke tempat acara sekedar ingin melihat Gus Imin, menepis berbagai survei dan analisa yang mengatakan bahwa dia tidak punya kontribusi pada kenaikan keterpilihan pasangan IMIN. Bahkan, beberapa lembaga survei mengatakan elektabilitas Anies menurun sejak berpasangan dengan Gus Muhaimin.

“Beberapa kali saya dihadapkan dalam debat hasil survei dan saya sudah sampaikan bahwa Gus Muhaimin bukan hanya simbol ketokohan kaum Nahdliyin saat ini, sehingga akan berkontribusi sedikitnya 10,26% suara PKB atau sekitar 20 juta jiwa dari jumlah resmi pemilih terdaftar 2024, tapi juga mungkin akan memberi efek fusi bersama Anies, sehingga jumlah suara yang akan diperoleh berkali-kali lipat besarnya. Mengapa?” kata Syahganda.

Penjelasan pertama, lanjut Syahganda, adalah Gus Muhaimin merupakan pemimpin dari sebuah kelompok sosial yang solid. Ilmu sosial menelaah secara konsisten selama ribuan tahun sejak Ibnu Khaldun di dunia Islam dan Emile Durkheim di barat tentang ikatan sosial dan tahapan perkembangan masyarakat. Faktor kekerabatan dalam circle elit-elit  PKB, ideologis "bonding" dan kepentingan politik yang menguntungkan kelompoknya, membuat adanya soliditas yang membuat demarkasi pengelompokan antara mereka dan pihak lainnya (me/ours versus you/them).

Penjelasan kedua, adalah penjelasan teori dan efek fusi. Teori dan Efek fusi dalam teori nuklir adalah penjumlahan faktor tidak bersifat aritmatika maupun seperti transformasi ikatan kimia biasa (misalnya H2+O2= Air+..). Dalam teori fusi, energi yang dihasilkan dari pertemuan dua partikel berbeda dapat menyebabkan energi yang dihasilkan berkali kali lipat.

Pertemuan dua tokoh yang berbeda secara "ideologis" antara Gus Muhaimin dan Anies Baswedan dapat menjumlahkan kekuatan mereka dalam jalan aritmatika maupun fusi. Dalam isu "Change", sebagaimana Gus Muhaimin dan jajaran elite PKB yang semakin kemari semakin yakin dengan isu perubahan, maka sinergi dan reidiologisasi kekuatan dan arah kekuatan mereka dapat menjelma menjadi kekuatan rakyat secara totalitas untuk menyongsong perubahan. Faktor penyebab fusi lainnya juga dapat bersifat "push-factor", yakni rezim yang berkuasa membangun front berhadapan dengan isu perubahan.

“Padahal, sejatinya rakyat menderita dengan rezim yang berkuasa saat ini. Misalnya, meskipun survei2 menyebutkan tingkat kepuasan yang tinggi pada rezim, ternyata survei yang sangat kredibel terbaru dari  UGM, universitas para kandidat Capres Cawapres, dalam laporan "Employment Issue Top Priority for 47,3% of Students in Upcoming Election, Says UGM Survey", umg.ac.id, 5/10/23, jumlah mahasiswa yang di survei dari 31 perguruan tinggi di Indonesia mengalami ketakutan dengan kepastian kerja saat iniini hampir mencapai 50%. Artinya kepastian kerja era Jokowi sangat buruk. Belum lagi fakta puluhan juta rakyat Melayu marah dengan Jokowi terkait kebijakan "pengusiran" Rakyat Rempang,” kata Syahganda.

Menurutnya, kebencian rakyat terhadap Jokowi dan kandidat yang didukungnya secara kasar akan membuat isu perubahan menjadi semakin besar. Dan kecintaan rakyat kepada pasangan AMIN terus membesar. Dalam ilmu sosial, hal ini diteliti sebagai energi gerakan besar dalam kajian-kajian revolusi sosial. Dengan figur Anies dan Muhaimin tentu isu ini tidak dapat dibendung lagi.

Kegagalan survei-survei sosial dalam menghitung fenomena Muhaimin Iskandar ini bersumber dari rendahnya kualitas lembaga survei di Indonesia. Meskipun mereka telah berkali-kali salah memprediksi kemenangan antara lain Anies di Jakarta, Sudirman Said di Jawa Tengah, Sudrajat di Jabar, dan lainnya, lembaga ini tidak berusaha untuk mengevaluasi secara serius soal metodologi dan kejujuran dalam survei.

“Saya sebagai sosok yang dulu menempuh pendidikan kuliah ilmu pengukuran atau Survei dan Pemetaan di ITB (Teknik Geodesi) dan melakukan metodologi survei kuantitatif ketika kuliah S3, sangat yakin bahwa fenomena Muhaimin itu hanya bisa dijelaskan melalui pemahaman utuh ilmu-ilmu sosiologi, politik, psikologi massa, antropologi, dan lainnya,” ujarnya.

“Dengan kajian sosial yang matang maka kita tahu Muhaimin Iskandar saat ini adalah tokoh besar. Lebih besar dari semua prediksi lembaga-lembaga survei dan lainnya. Muhaimin di atas segala prasangka yang meremehkan. Muhaimin Iskandar Uber Alles,” imbuh Syahganda.

KEYWORD :

Muhaimin Iskandar Gus Muhaimin Syahganda Nainggolan AMIN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :